Jumat, 23 Desember 2011

Jalan-jalan Ke Sea World

Saya, istri, dan anak-anak berkunjung ke Sea World kemarin (hari Kamis, 22 Desember 2011) sebagai bagian dari rangkaian rekreasi keluarga selama saya mengambil cuti. Sebelumnya kami sekeluarga berkunjung ke Kebun Binatang atau Taman Margasatwa Ragunan. Dua tempat ini sengaja kami kunjungi agar anak-anak kami dapat melihat binatang-binatang yang biasa mereka lihat di televisi itu secara langsung.


Pengalaman ke Sea World sangat berbeda dengan pengalaman ke Ragunan. Pertama, masalah lalu-lintas. Tempat tinggal kami ada di Serpon sementara Sea World ada di Jakarta Utara. Jalur tol ke arah Sea World (Ancol) itu super macet karena dipenuhi dengan kendaraan-kendaraan berat. Berbeda sekali dengan jalur tol ke arah Ragunan, yaitu tol JORR. Mungkin juga saya berangkat terlalu siang sehingga jalur tol ke arah Sea World sudah macet bukan kepalang.

Kedua, masalah biaya. Biaya masuk ke area Ancol saja sudah Rp. 15.000 per orang; belum termasuk kendaraan. Setelah itu, biaya masuk ke Sea World itu Rp. 70.000 per orang. Hanya anak usia di bawah usia 3 tahun yang diperbolehkan masuk gratis. Apa mungkin ada peningkatan tarif menjelang liburan? Entahlah.

Piranha
Untungnya kunjungan ke Sea World ini tidak mengecewakan. Raito dan Aidan benar-benar senang melihat berbagai jenis ikan yang ada di situ. Memang feeling yang didapat dengan melihat binatang secara langsung itu berbeda walaupun hanya dari balik kaca. Pengalaman bersama ikan-ikan ini tentu akan lebih seru lagi kalau kami ikut paket diving. Jadi, kami bisa berinteraksi langsung dengan ikan-ikan itu. Untungnya Raito dan Aidan masih kecil sehingga saya tidak perlu merogoh kantong lebih dalam lagi untuk paket diving ini. Phew ...

Di antara semua akuarium ikan yang tersedia di Sea World, akuarium hiu yang paling menarik perhatian Raito dan Aidan. Mereka suka sekali melihat belasan hiu mondar-mandir di dalam akuarium mereka walaupun mereka sesekali mengaku takut melihat hiu-hiu itu. Entah memang mereka benar-benar takut atau sekedar bersandiwara. Hal ini masih menjadi misteri.

Penyu (Touch Pool)
Selain berbagai akuarium penuh ikan ini, Sea World menyediakan Touch Pool. Sesuai namanya, kolam ini adalah kolam terbuka yang memungkinkan pengunjung menyentuh ikan. Binatang yang ada di Touch Pool ini antara lain penyu, ikan hiu, dan ikan pari. Ikan hiu? Betul. Saya sendiri mencoba menyentuh sirip bagian atas salah satu ikan hiu di dalam Touch Pool ini. Alhamdulillah tangan dan jari-jari saya masih utuh.

Satu hal yang saya sayangkan adalah mengambil foto di Sea World itu sulit, apalagi modal saya hanya sebuah compact camera Nikon Coolpix S200. Mengambil foto tanpa blitz beresiko blur karena cahaya di sekitar akuarium itu redup. Mengambil foto dengan blitz justru membuat foto menjadi terlalu terang. Hampir setiap foto itu saya ambil beberapa kali karena saya sibuk mencoba antara dengan blitz, tanpa blitz, atau utak-atik white balance.

Kembali ke cerita utama. Selain akuarium dan Touch Pool, Sea World juga menyediakan Antasena. Antasena adalah lorong di bawah sebuah akuarium besar yang dilapisi kaca tebal. Memasuki Antasena ini seolah-olah memasuki terowongan bawah laut. Kita bisa melihat berbagai ikan yang melintas di samping kita atau di atas kepala kita. Seru juga melihat ikan pari dan ikan laut dalam lainnya melintas di sekitar kita.

Ikan Pari (Antasena)
Sea World juga menyediakan sebuah bioskop kecil yang memutar film tentang kehidupan paus pembunuh. Selain itu, Sea World juga menyediakan BOM: Biota Oseanik (Oceanic) Mortem. Di BOM ini dipajang berbagai "mayat" ikan yang diawetkan. Pajangan paling megah di BOM ini adalah ikan pari besar (saya lupa ukurannya) yang diberi nama Parni.

Parni (BOM)
Pasca lawatan kami ke BOM, kami mampir sekali lagi ke Antasena sebelum mengucapkan selamat tinggal ke Sea World. Setelah keluar dari Sea World, kami segera makan siang. Untungnya persis di depan Sea World disediakan tempat duduk dan meja dengan tenda kecil. Jadi, bekal makan siang yang kami bawa tidak sia-sia. Setelah makan siang, kami mampir ke masjid setempat untuk melaksanakan shalat dan melanjutkan perjalanan pulang. Tidak ada cerita membeli suvenir karena anggaran jalan-jalan ke Sea World ini sudah habis terpakai untuk biaya masuk.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar